Saat angin berhembus udara terasa segar di bawah pohon yang rindang kurasakan kesejukannya menyentuh kulit ku, kuciumi udara disekelilingku "oh Tuhan, terima kasih aku masih bisa bernafas dan melihat kesejukan ini" gumam ku dengan suara perlahan, tangan ini tak bisa berhenti memegangi dahan-dahan disekitaran pohon. Langit biru dengan hiasan awan disekelilingnya yang terus bergerak dan berubah, disepanjang jalan yang dipenuhi dengan pohon-pohon, semua masih terasa hijau dengan tambahan suara burung pagi hari yang merdu. Ku langkahkan kaki ku dengan pasti, aku ingin menggapai mimpi ku untuk hal terindah dalam hidup ini untuk mereka yang selalu menyayangiku.
Sebuah buku yang mengingatkanku akan kehangatan keluarga yang sederhana membuatku merasa bahagia hanya dengan membacanya saja, tapi entah apa berbeda dengan kenyataan "Dunia ini begitu kejam, aku tak akan mampu melangkah sendiri aku ingin Bapak, Ibu, Nenek dan Kakak ku ada selalu bersamaku, seharmonis Hutan Keramunting dengan kesederhanaanya" aku mengatakannya dengan penuh harapan. Tak terasa perjalanku terhenti dibawah kerumunan pohon, ku angkat dagu ku dan ku lihat sekelompok kera memanjat dan bermain diatas pohon, mereka menatapku, aku pun membalas tatapan mereka seolah aku merasakan mereka berkata padaku "hai apa kau sudah menjadi manusia? apa kau ingin melindungi kami? atau kau akan membunuh kami? lihatlah kami, pohon-pohon yang kami inginkan bukan uang. Jagalah pohon-pohon untuk melindungi kami, pohon yang akan membuat kami dan kalian manusia tetap hidup." hati ini bergetar antara takut dan bingung, aku menghindari tatapan itu kaki ini terus ku langkahkan lebih jauh meninggalkan sekelompok kera yang tanpa ampun menatap dengan tajamnya, para burung pipit pun mengikuti dan menegurku "hai bodoh kau sudah puas? kawanan ku mati kau bunuh dan kau katakan aku hanya seekor burung kecil yang tak berguna, lihat aku! Aku tak sudi kau sebut kecil karena kau lah semua akan terjadi." lalu burung itu terbang meninggalkan ku, ada apa dengan semua ini? seolah mereka menusuk dan menyudutkanku tapi kaki ini terus melangkah walau berat. Aku terdiam dan menyadari apa yang selama ini aku lakukan adalah salah, aku tak pernah merawat mereka aku tak peduli dengan pohon-pohon yang memberiku oksigen, aku benci kera yang merusak tanaman para petani aku tak suka melihat kawanan burung pipit pemakan padi dan mereka pun tak menyukai ku, apa yang harus kulakukan untuk mengubah semuanya, pikiranku dan hasrat ku pada alam ini.
Judul: Pucuk Albasia
Episode 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar